Release
Pekanbaru, 24 Februari 2010 – Greenpeace, Walhi Riau dan Jikalahari meminta perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaan Asia Pulp and Paper (APP) untuk berpikir ulang atas nama komitmen perlindungan hutan dan menghentikan perubahan iklim.
APP adalah perusahaan produksi kertas dan pulp terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi pabrik 2 juta ton bubur kertas per tahun dan bertanggungjawab atas 2,2 juta hektar konsesi HTI dan pengrusakan hutan alam dan gambut di Sumatera dan Kalimantan. (1)
Pada tahun 2000, APP memiliki sekitar 75% sumber produksi yang berasal dari kayu hasil penebangan hutan hujan. Sedangkan tahun 2005, pabrik bubur kertas APP di Indonesia (PT Indah Kiat dan PT Lontar Papyrus) 60%. dari serat dari hutan hujan.(2)
“Hentikan perdagangan dengan APP dan APRIL sampai mereka menghentikan ekspansi di hutan alam dan lahan gambut dan mereka berkomitmen secara ambisius untuk merencanakan sumberdaya alam dan tanggungjawab sosial atas serat kayu alami yang dijamin melalui lembaga sertifikasi independen sesuai standar the Forest Stewardship Council (FSC),” kata Zulfahmi, Jurukampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara.
Pembakaran rumah warga dan pengusiran suku asli Sakai di Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau pada 2008 yang dilakukan PT Arara Abadi, anak perusahaan PT Indah Kiat, adalah bukti lain praktik bisnis yang selama ini diterapkan APP dalam menjalankan perusahaan. Bahkan berita pada waktu itu, helikopter yang disewa APP menggunakan pelempar api untuk membakar rumah-rumah warga. (3)
Tujuh puluh lima masyarakat Pinggir dipenjarakan selama 10 bulan karena dituding perusahaan secara tidak sah berada di tanah perusahaan meski masyarakat telah hidup selama beberapa generasi di tempat tersebut sebelumnya. APP telah mengklaim sendiri meski pengacara warga mereka masih berkeyakinan tindakan mereka mempertahankan hak.
“Komitmen keberlanjutan yang selama ini didengungkan APP tidak sejalan dengan praktik yang dilakukannya di tingkat bawah. Ratusan warga harus terusir dari desa asli mereka dengan rasa ketakutan dan intimidasi perusahaan,” ujar Hariansyah Usman, Direktur Walhi Riau.
“Kita meminta para calon pembeli produk milik APP untuk memastikan bahwa kontrak bisnis mereka tidak berakibat pada penghancuran hutan dan lahan gambut serta mempercepat pemanasan global. Sementara aktifitas APP selama ini di Riau terus melakukan penebangan hutan alam,” kata Muslim, Wakil Koordinator Jikalahari.
Kontak :
Hariansyah Usman, Direktur Walhi Riau :0812 766 999 67
Zulfahmi, Juru kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara :0812 682 1214
Muslim, Wakil Koordinator Jikalahari :0812 763 7233