PEKANBARU, Tribunpekanbaru.com— Suhu udara pada sejumlah daerah di Riau semakin panas saja. Seperti terjadi di Pekanbaru, Selasa (6/2), suhu mencapai angka 35,5 derajat Celcius.
“Suhu udara beberapa daerah di Riau mulai berada di atas normal seperti Kota Pekanbaru hari ini dilanda cuaca panas mencapai 35,5 derajat Celcius,” ujar analis BMKG Pekanbaru, Warih Budi Lestari, seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Beberapa hari sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru mencatat suhu udara maksimal di Riau rata-rata hanya berkisar 33 derajat Celcius. Kemudian SeninĀ (5/4), suhu meningkat jadi 34,4 derajat Celcius. Puncaknya kemarin, mencapai 35,5 derajat Celcius.
Kondisi cuaca panas itu, kata Warih, disebabkan oleh faktor pemanasan lokal. Akibat posisi matahari yang berada tepat di sekitar titik equator, yakni pada posisi 0 derajat Lintang Utara dan 0 derajat Lintang Selatan.
Titik equator atau garis khatulistiwa di Riau sendiri terletak di Kelurahan Lipat Kain, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar yang ditandai dengan berdirinya Tugu Equator di daerah itu.
Menurut Warih, dengan posisi matahari yang berada di sekitar titik itu maka cuaca Riau yang berada di musim hujan menjadi tidak merata. Hujan yang turun bersifat lokal. Kondisi itu terjadi karena pembentukan awan hujan dari peristiwa memuainya air laut menjadi terhalang, sehingga sengatan teriknya matahari langsung menuju ke permukaan bumi.
Peningkatan suhu di Riau cukup ekstrem, akibat kerusakan kawasan hutan. Hal itu disebabkan pembukaan areal hutan menjadi lahan perkebunan dan pemukiman.
“Lapisan atmosfer Riau telah berkurang akibat kerusakan lingkungan, sehingga suhu udara mudah meningkat yang menyebabkan kita merasa kepanasan pada waktu siang dan gerah di malam hari,” ujar Warih.
Peneliti dari Badan Kajian Rona Lingkungan Unri, Tengku Ariful Amri mengatakan, suhu udara di Provinsi Riau telah mengalami peningkatan rata-rata sekitar dua derajat Celcius dalam setahun atau dua kali lipat dari peningkatan rata-rata di dunia.
Peningkatan suhu udara di Riau yang cukup tinggi itu di luar batas kewajaran. Menurut dia, itu terjadi karena laju kerusakan hutan yang tidak terkendali dan pengaruh dampak perubahan iklim dunia.
Sementara itu, organisasi lingkungan Jaringan Kerja Penyelamatan Hutan Riau (Jikalahari) mengungkapkan, saat ini 51 persen dari total luas wilayah daratan Riau terutama kawasan gambut telah dibuka. Laju kerusakan hutan di Riau akibat aktivitas ekonomi adalah 135 ribu hektare per tahun. (ant/san)
Sunber: Tribun Pekanbaru, Rabu, 7 April 2010