PT RAPP dan APRIL Grup Merugikan Keuangan Negara dan Kerugian Ekologis Senilai Rp 712,24 Triliun

PEKANBARU, 26 OKTOBER 2017—Jikalahari menilai PT RAPP dan APRIL Grup melanggar UUD 1945, hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Hak Asasi Manusia Indonesia saat menyatakan PT RAPP telah berkontribusi terhadap pembangunan Indonesia: investasi Rp 85 triliun, investasi baru pabrik kertas dan rayon Rp 15 triliun, total investasi hulu-hilir Rp 100 triliun, ekspor dan devisa kepada negara sekitar US$ 1,5 milyar atau Rp 20 triliun per tahun.

“Bila hanya urusan ekonomi kapitalisme yang jadi perhatian PT RAPP dan APRIL Grup, itu sama saja melanggar hukum tertinggi Indonesia yang mensyaratkan perekonomian berwawasan lingkungan dan lingkungan hidup yang sehat adalah Hak Asasi Manusia,” kata Made Ali,  Wakil Koordinator Jikalahari.

PT RAPP dan APRIL Grup telah melanggar Pasal 33 Ayat 4 UUD 45 dan UU Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pasal 33 Ayat 4 UUD 45 dengan tegas menyebut: Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. “UU Lingkungan Hidup dan Kehutanan jelas menyebut prinsip ekonomi kerakyatan, ekologis dan sosial harus sejalan dan seimbang termasuk menghormati hak asasi manusia,” kata Made Ali.

Keuntungan APRIL, Kerusakan Ekologis dan Derita Rakyat Riau

Keuntungan APRIL menebang hutan alam, tidak sebanding dengan dampak kerusakan ekologis yang dilakukan APRIL grup. Jikalahari mencatat total Rp 712,247,628,934,147 kerusakan ekologis sepanjang PT RAPP dan APRIL Grup beroperasi di Riau. “Kerusakan ekologis itu akumulasi dari kejahatan korupsi kehutanan, pidana pajak, pencemaran dan perusakan lingkungan hidup termasuk hak asasi manusia,” kata Made Ali.

Korupsi Perizinan IUPHHKHT/RKT Hutan Alam. Total Rp 2,5 triliun dari 15 korporasi APRIL Grup merugikan keuangan negara menebang hutan alam dalam perkara Tengku Azmun Jaafar (eks Bupati Pelalawan), Arwin AS (Eks Bupati Siak), Syuhada Tasman, Asral Rahman dan Burhanuddin Husin (Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Riau) dan Ruzli Zainal (Gubernur Riau).

Tabel perhitungan nilai tegakan kayu hutan alam yang hilang serta keuntungan perusahaan atas terbitnya RKT diatas hutan alam dalam kasus korupsi kehutanan penerbita IUPHHKHTI 12 Korporasi terafiliasi dengan APRIL Group

 

Nama Perusahaan  Nilai Kayu yang hilang  Keuntungan Perusahaan (terbitnya RKT)
PT Selaras Abadi Utama  Rp            156,194,920,760 Rp          309,958,449,641
PT Merbau Pelalawan Lestari Rp               63,198,216,760 Rp               77,521,557,428
PT Mitra Tani Nusa Sejati Rp            104,418,692,984 Rp            201,836,531,360
PT Uni Seraya Rp              21,864,696,744 Rp              19,842,658,481
PT Rimba Mutiara Permai  Rp                71,007,514,124 Rp             106,798,155,411
PT Triomas FDI Rp               25,982,728,720 Rp             26,262,944,465
PT Madukoro Rp             148,168,816,000 Rp            161,630,105,048
CV Alam Lestari Rp               12,279,357,960 Rp              87,737,894,417
CV Bhakti Praja Mulia Rp           108,405,684,400 Rp              96,115,658,076
CV Harapan Jaya Rp              65,371,558,265
CV Mutiara Lestari Rp                5,776,832,505
CV Putri Lindung Bulan Rp              55,392,978,880 Rp             89,099,881,552
PT Bina Daya Bintara Rp                83,577,722,720 Rp            177,388,653,167
PT Seraya Sumber Lestari Rp                2,280,558,800 Rp              59,316,501,750
PT National Timber Forest Product Rp                60,183,111,400 Rp           122,580,457,396
Total Rp             912,955,000,252 Rp        1,607,237,838,961
Total keseluruhan Rp         2,520,192,839,213

Sumber          :Dokumen putusan perkara korupsi kehutanan terdakwa Arwin AS, T Azmun Jaafar,

 Burhanuddin Husin, Asral Rahman, Syuhada Tasman dan Rusli Zainal

Tak Bayar Pajak. Data temuan Pansus Monitoring dan Evaluasi Perizinan Kehutanan, Perkebunan dan Pertambangan bentukan DPRD Provinsi Riau 2015 menemukan potensi kerugian negara dari pajak tidak disetor April Grup total Rp 6,5 Triliun kerugian negara dari pajak terdiri atas: Rp 6,4 Triliun potensi kerugian negara dari pajak (PPH, PPN DN dan PBB P3) pertahun dan Pajak  PSDH DR yang tak disetor Rp 14,9 milyar tahun 2010-2014.

Tabel perhitungan kerugian negara dari sektor pajak dan PSDH-DR yang ditemukan Pansus Monev Perizinan DPRD Riau terhadap APRIL Group

 

Jenis Kerugian Jumlah
Kekurangan PSDH-DR APRIL Group  Rp                    14,982,598,920
Pajak yang tidak disetorkan  Rp              6,452,086,701,014

Sumber: Hasil Pansus Monev Perizinan DPRD Riau

Kerugian Ekologis. Hasil Eksaminasi Putusan Burhanuddin Husin Mappi-Jikalahari 2012 menemukan–berdasarkan penghitungan Prof Bambang Hero Saharjo (Guru Besar IPB)—Rp 687 Triliun terdiri atas kerusakan ekologis, ekonomi dan pemulihan ekologi.

Tabel Kerugian ekologis penerbitan 13 IUPHHKHT-RKT  korporasi terafiliasi APRIL Group oleh Burhanuddin Husin

 

Kerusakan Ekologis
Biaya pembuatan reservoir Rp        197,445,600,000,000
Pengaturan tata air Rp           111,203,312,000,000
Pengendalian erosi dan limpasan Rp                 292,512,000,000
Pembentukan tanah Rp                  24,376,000,000
Pendaur ulang unsur hara Rp                224,259,200,000
Pengurai Limbah Rp                    21,207,120,000
Pemulihan keanekaragaman hayati Rp                131,630,400,000
Pemulihan sumberdaya genetik Rp                 19,988,320,000
Pelepasan karbon Rp              1,575,177,120,000
Kerusakan Ekonomi
Nilai Kayu Tegakan Hutan Rp        20,336,579,670,000
Nilai Pakai Lahan  Rp    156,006,400,000,000
Pemulihan Ekologi
Pengaktifan ekologi yang hilang Rp         199,734,750,160,000
Total Rp        687,015,791,990,000

    Sumber: Hasil eksaminasi putusan Burhanuddin Husin Jikalahari-Mappi

Penebangan Hutan Alam.  Mahkamah Agung pada 18 Agustus 2016 memvonis PT Merbau Pelalawan Lestari (PT MPL) menebang hutan alam di luar izin dan mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup mencapai Rp 16,24 triliun.

“APRIL juga berkontribusi besar atas kejadian karhutla tahun 2015 yang mengakibatkan 5 warga Riau meninggal akibat menghirup polusi asap dan 97 ribu warga Riau terkena penyakit ISPA dan kerugian ekonomi mencapai Rp 221 triliun,” kata Made Ali. “Termasuk, APRIL juga berkontribusi mengadu domba warga kampung di 11 kabupaten di Riau hingga melahirkan konflik berkepanjangan. Dan, kearifan melayu yang bersumber dari hutan-hutan alam dan flora-fauna juga turut hilang karena APRIL. Artinya APRIL membunuh peradaban budaya Melayu di Riau,” kata Made Ali.”APRIL telah melanggar hak asasi manusia di Riau berupa hak untuk hidup dan lingkungan yang sehat.”

Dari uraian di atas, APRIL hanya mementingkan kekayaan pemiliknya. “APRIL adalah wujud kapitalis yang rela melakukan pelanggaran ekologis dan hak asasi manusia demi menumpuk kekayaan di atas penderitaan jutaan rakyat Riau,” kata Made,” tidak ada kata lain, Presiden Jokowi sudah saatnya bersikap tegas atas kejahatan korporasi APRIL berupa mencabut izinnya dari Riau.”

Jikalahari merekomendasikan kepada:

  1. Presiden Jokowi mencabut izin PT RAPP dan APRIL Grup lantas, seluruh arealnya dikembalikan kepada masyarat adat dan mengembalikan ruang ekologis agar kebudayaan dan peradaban melayu di Riau tidak hilang.
  2. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan bukan hanya memberi sanksi administrasi, juga segera mencabut izin PT RAPP dan APRIL Grup karena telah melangggar peraturan perundang-undangan dan Hak Ekologis.

 

Narahubung:

Made Ali, Wakil Koordinator Jikalahari : 0812-7531-1009

Okto Yugo Setiyo, Staf Advokasi dan Kampanye : 0853-7485-6435

About Okto Yugo

Manajer Advokasi dan Kampanye Jikalahari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *