Oleh Made Ali
DI TENGAH pemandangan nan menyejukkan Danau Nagasakti, Firdaus menceritakan kehidupan masa kecilnya berenang di Danau seluas sekira 400 ha itu. Ia berenang dan menikmati pemandangan sekitar Danau yang masih dikelilingi hutan alam.
Gambaran Danau Nagasakti dan hutan alam tersisa yang mengelilinginya saat ini, kenangan Firdaus tiga puluh tahun lalu. Firdaus lahir di esa Dosan, 10 Agustus 1978. Pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA). Di esa Dosan bertani karet, dan nelayan, mata pencaharian utama masyarakat Dosan.
Desa Dosan sebelum tahun 1999 masuk dalam Kabupaten Bengkalis. “Desa Dosan dulu tertinggal,” kata Firdaus, mata pencaharian utama warga tidak mampu keluar dari jerat kemiskinan, meski di kelilingi hutan alam. Saat, Siak lepas dari Bengkalis dan menjadi Kabupaten Siak, Dosan mulai berkembang, selain dekat mengurus urusan Desa di Ibu Kota Kabupaten.
Ekonomi mulai meningkat di Desa Dosan, saat Bupati Arwin AS meluncurkan program SIAK 1 2003 Program Ketahanan Pangan. Pemda Siak membangun kebun sawit seluas 3.500 hektar untuk 7 desa di Kecamatan Pusako dan Sungai Apit.
Lahan Desa telantar yang sudah menjadi belukar bekas ladang warga yang berpindah-pindah seluas 724 hektar dijadikan perkebunan kelapa sawit yang diolah bersama 290 Kepala Keluarga (KK). Masing-masing KK ada yang mengolah satu hingga dua hektar.
Lalu, kebun sawit diserahkan pada Koperasi Bunga Tanjung dalam keadaan sawitnya kurang terawat. Tiga perusahaan terlibat dalam permodalan dan skill. PT Persi pemodal mewakili Pemda Siak, PTPN V sebagai tenaga teknis dan PT Siak Prima Nusantara sebagai konsultan. Dalam perjalanan, PT Siak Prima Nusantara hanya mengambil fee, padahal masyarakat berharap diberi pemahaman mengurus sawit.
Panen pertama tahun 2008 kebun mulai menghasilkan ratusan ribu untuk KK. “Meski masih sedikit keuntungannya, masyarakat mulai merasakan dampaknya,” kata Firdaus. Dua tahun kemudian, jutaan rupiah mereka hasilkan dari tiap panen kebun. Dan terus meningkat tahun ke tahun.
Namun, mereka merasakan dampak lainnya, udara makin hari panas di Desa Dosan. “Padahal waktu kecil, udara tidak sepanas sekarang. Sebab hutan masih banyak di Dosan,” kata Firdaus. Firdaus menjadi Kepala Desa Dosan sejak 2007 hingga kini.
Warga Desa Dosan berembuk membicarakan perubahan suhu di kampung mereka. Hasil rembukan, mereka bersepakat tidak lagi melakukan ekspansi sawit, cukup yang sudah ada sekarang.
Lalu, Firdaus dan Dahlan warga Dosan berkenalan dengan Yayasan Elang. Pada 2009 Elang memperkenalkan metode produksi sawit lestari dalam bentuk Best Manajement Practice. Elang salah satu anggota Jikalahari. Elang bersama Jikalahari setahun kemudian dibantu TFCA mulai memperkenalkan pada masyarakat Dosan.
Kini Dosan sedang mengurus sertifikat RSPO sawit berkelanjutan. Artinya, sawit yang ramah terhadap lingkungan hidup.
Masyarakat Dosan mulai menyadari pentingnya menyelamatkan hutan alam tersisa. Hutan di Dosan tersisa seluas 400 ha termasuk Danau Nagasakti, mereka selamatkan dengan cara membuat Peraturan Desa.
Firdaus mulai berbicara dan mewakili Desa Dosan dari Riau di forum nasional terkait inisiatif sawit berkelanjutan dan menyelamatkan hutan di Desa.
Pada 2013, Firdaus bersama Elang, Jikalahari dan Greenpeace Firdaus dan Pemda Siak berhasil mendatangkan Menteri Pertanian Anton Apriantono ke Dosan untuk melihat langsung sawit yang dikelola Desa. “Menteri mengapresiasi kami dan memberi bantuan untuk meningkatkan pertanian di Dosan,” kata Firdaus.
Kini Danau Nagasakti dikenal hingga ke manca negara,”orang-orang bule datang melihat langsung. Mereka senang. Orang-orang itu dibawa oleh Elang, Jikalahari dan Greenpeace,” kata Firdaus. “Bupati Siak sudah berkunjung juga ke Danau Nagasakti.”
Meski Firdaus sebagai Penghulu berhasil menyelamatkan hutan alam tersisa dan danau Nagasakti serta sawit lestari di Kampung Dosan, kekhawatirannya kembali muncul. “Desa Dosan masuk dalam konsesi HTI PT Arara Abadi,” katanya. “Danau Nagasakti dan sawit Lestari juga masuk dalam konsesi PT Arara Abadi.”
Hingga saat ini tapal batas antara Desa Dosan dan PT Arara Abadi belum selesai. “Kami minta dienclave, Desa Dosan dikeluarkan dari konsesi PT Arara Abadi. Sebab jauh sebelum PT Arara Abadi ada di Siak, masyarakat Dosan sudah ada,” kata Firdaus.”Danau Nagasakti tempat kakek saya cari ikan.”
Danau Nagasakti sedang bersolek, sore itu 21 Februari 2017. “Ini mau dijadikan lokasi pembukaan MTQ oleh Bupati Siak,” kata Firdaus. Kantin terbuat dari kayu sudah berdiri. Di depan kantin ada pendopo untuk duduk santai. Di tengah danau ada dua pondokan terapung. Sejak dua minggu ini, dua model mainan model Bebek yang bisa dinaiki dua orang meramaikan Danau.
Di pintu masuk Danau juga sudah dibangun portal dan parkir kendaraan. Bagi pengunjung tidak dikenakan biaya. Hanya parkir dikenakan biaya. Biaya itu untuk penjaga Danau Nagasakti yang juga warga Dosan. “Danau Nagasakti sudah masuk dalam destinasi wisata Siak oleh Dinas pariwisata,” kata Firdaus.
Firdaus berharap pada pemerintah pusat,”keluarkan Desa Dosan dari konsesi PT Arara Abadi.”.#