Kegiatan ini termasuk pembendungan kanal yang sudah dilakukan untuk melindungi gambut dan dimulainya penanaman sembilan ribu bibit pohon di areal gambut yang rusak dan rentan terbakar. Masyarakat Teluk meranti yang tergabung dalam Forum Masyarakat Penyelamat Semenanjung Kampar (FMPSK) berinisiatif melakukan rehabilitasi yang selama dua bulan terakhir menyemai anakan bibit di pusat perlindungan gambut Teluk Meranti, Pelalawan.
“Kami melakukan Restorasi Semenanjung Kampar karena kami ingin hutan ini lestari. Ketergantungan kami pada hutan bukan hanya untuk sumberkehidupan, tetapi juga untuk budaya. Restorasi ini adalah bukti bahwa masyarakat serius untuk perlindungan hutan. Pemerintah harus mendukung upaya ini dan mengambil tindakan untuk menghentikan penghancuran hutan dan kerusakan gambut,” kata Ketua FMPSK, Deli Saputra.
Jurukampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, Rusmadya mengatakan, pemerintah Indonesia harus memberikan dukungan nyata kepada masyarakat. Sekarang giliran Presiden SBY untuk menurunkan emisi gas rumah kaca Indonesia dalam aksi nyata di lapangan.
Greenpeace baru-baru ini menghentikan aktifitas ponton yang memuat puluhan ribu meter kubik kayu alam dari hutan Semenanjung Kampar oleh perusahaan bubur kertas PT RAPP untuk menyoroti bagaimana hutan Semenanjung Kampar hancur dan meminta pemerintah bertindak cepat untuk menghentikan ini.
“Masyarakat sudah membuktikan dukungannya kepada presiden SBY dan sekarang saatnya presiden mendukung masyarakat di Semenanjung Kampar untuk menghentikan penghancuran hutan oleh APRIL. Tanpa tindakan cepat oleh presiden untuk melindungi Semenanjug Kampar sebagai bagian dari moratorium nasional atas deforestasi dan perlindungan penuh atas gambut, penghancuran yang kini terjadi akan merongrong komitmen penurunan emisi Indonesia,” kata Rusmadya.
Sumber: tribunnews.com