Pekanbaru,30/1(ANTARA)- Pengamat Ekonomi dari Universitas Riau, Edyanus Herman Halim menyatakan, perubahan iklim yang terjadi saat ini membawa pengaruh besar terhadap ketahanan pangan.
“Hal itu akan membuat pasokan pangan ke Riau akan terganggu dan menyebabkan harga melonjak. Apalagi hampir 90 persen pasokan pangan Riau berasal dari luar daerah seperti Sumatera Barat, Jambi maupun Sumatera Selatan,” katanya
Begitu juga dari sisi pelayaran yang juga terganggu akibat cuaca buruk. Dan menyebabkan nelayan sulit melaut dan kesulitan mendapatkan ikan.
“Cuaca buruk di perairan akan membuat pasokan pangan dari luar negeri pun akan menjadi terganggu pula,” tukas dia.
Selain itu dari sisi pendapatan, lanjutnya, masyarakat Riau juga akan terganggu mengingat 70 persen diantaranya berada di sektor perkebunan. Seperti sawit yang sulit untuk dibawa dari kebun ke sentra produksi karena infrastruktur yang buruk pada saat hujan.
“Dan juga petani karet yang kesulitan untuk menyadap karetnya. Hal ini menyebabkan nilai tukar petani menjadi tidak imbang antara pendapatan dan pengeluaran,” kata dia.
Jika musim penghujan berlangsung dalam waktu lama, lanjutnya, maka akan mendorong tingkat inflasi yang semakin tinggi di Riau. Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah dalam hal ini harus turun tangan langsung mengatasi persoalan ini. Seperti dengan menjaga jalur distribusi agar terus lancar.
“Dan juga mengurangi pengaruh spekulan dan mendorong produksi pangan di masyarakat. Dalam hal ini pemerintah harus mendorong masyarakat untuk memproduksi bahan pangan sendiri dan memberikan insentif terhadap itu,” katanya.
Saat ini, hampir seluruh masyarakat Riau mengeluhkan naiknya harga kebutuhan pokok. Salah satunya harga beras yang mencapai Rp15.000 per kilogram. Naiknya harga sembako ini membuat keadaan semakin sulit dikarenakan tidak diimbangi dengan naiknya gaji atau pendapatan.