RASA 10 Jikalahari: Di Perairan Laksamana Raja di Laut

Di tengah deburan ombak dan pasang surut air laut Rupat Utara, mengharap tuah selat Malaka, saya merasa terhormat menjadi bagian dari keluarga besar Jikalahari.

DI SELAT MALAKA, 22-24 Agustus 2024. Masa Bakti 2021-2024 rampung; LPJ Diterima, BP 2021-2024 demisioner.

Di tepi pantai Villa Mahligai Zapin, Rupat Utara, Bengkalis. Tengah hari. Panas terik, angin sepoi dari laut Selat Malaka, perjalanan masa bakti Badan Pengurus (BP) Jikalahari periode 2021-2024 sempena Rapat Besar Anggota (RASA) ke-10 Jikalahari berakhir.

Total 17 dari 19 Anggota Jikalahari menerima Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Ada yang menerima dengan catatan. Ada yang menerima tanpa catatan. Dua anggota tidak hadir. Dan perjuangan 22 tahun Jikalahari hingga kini, bagian tak terpisahkan dari perjuangan BP 2021-2024. Torehan karya perjuangan termaktub dalam dokumen pertanggungjawaban.

BP 2021-2024 meneguhkan posisi advokasi 22 tahun Jikalahari;”kritis melawan kebijakan rezim dan korporasi, namun bersedia berkolaborasi dengan pemerintah memperbaiki kebijakan pemerintah yang abai pada partisipasi publik dan ruang ekologis.”

Saat pimpinan sidang mengetuk palu, tok; haru. Lega. Lelah. Senang. Bahagia. Bercampur menjadi satu di tengah deburan ombak selat Malaka. Setiap perjuangan pemimpin di sebuah organisasi berakhir dengan LPJ, karya dan kenangan kekeluargaan.

Terima kasih dan salam hormat untuk komponen Jikalahari–19 anggota Jikalahari, Dewan Pertimbangan dan Pengawasan, pendiri dan pendahulu Jikalahari. Juga salam hormat untuk para kawan, sahabat dan rekan jejaring Jikalahari di manapun berada maupun yang sedang berlawan melawan rezim Jokowi bersama kroni-kroninya di DPR RI karena mengkhianati putusan MK hingga merusak demokrasi. Rusaknya demokrasi bersebati dengan rusak dan hancurkan hutan, tanah dan lingkungan hidup.  

***

Jikalahari 2024-2028 menetapkan Badan Pengurus (BP) baru;

Okto Yugo Setiyo (Koordinator) dan Arpiyan Sargita (Wakil).

SETELAH TIGA HARI (22-24 Agustus 2024) berdiskusi, berdebat, bercanda dan tertawa di Selat Malaka, tepian pantai Mahligai Zapin, Rupat Utara, Bengkalis–di tengah ruang sidang dan rapat pleno yang formal itu, juga ada forum non formal yang kerjanya bercanda, terkekeh kadang mengganggu jalannya sidang, bahkan bikin turnamen domino.

Puncak Rapat Besar Anggota (RASA) 10 Jikalahari akhirnya memilih dan menetapkan DPP dan BP periode 2024-2028;

Pertama, Dewan Pertimbangan Dan Pengawasan (DPP) lima orang yang berasal dari lembaga anggota; Zainal Arifin (BDPN), Linda Veronika (RWWG), Besta Junandi (ELANG), Redi Yusanra (Mapala SULUH) dan Muhammad Aldi Saputra (Mapala HUMENDALA).

Kedua, Badan Pengurus (BP) Jikalahari; Okto Yugo Setiyo (Koordinator) dan Arpiyan Sargita (Wakil Koordinator).

Pada RASA kali ini statuta Jikalahari mengalami perubahan, Periode DPP dan BP Jikalahari menjadi empat dari tiga tahun. Perjuangan Jikalahari diperluas bukan saja menyelamatkan hutan alam tersisa, juga menyelamatkan hutan tanah berfungsi sosial, ekologis, ekonomi dan sosial budaya. Dan, empat tahun ke depan, BP punya kerja berat dan besar untuk mengadvokasi, kampanye dan merebut ruang kelola masyarakat adat dan tempatan di tengah rezim Prabowo-Gibran.

Saya merasa terhormat dan bahagia terlibat dalam proses kaderisasi anak-anak muda di Jikalahari sejak 13 tahun ini. Dan saya bisa bilang, saat ini adalah masa emas Jikalahari karena diisi oleh anak-anak muda yang progresif, kreatif dan suka tertawa terkekeh-kekeh.

Sekali lagi, selamat kepada BP Jikalahari 2024-2028; Okto Yugo (Koordinator) dan Arpiyan Sargita (Wakil).

Selamat melanjutkan perjuangan Jikalahari. Jangan melupakan; ngopi, cerutu dan santai.

Okto dan Aldo, ingatlah, tempat kalian terpilih memimpin terpilih, kebesaran penguasa perairan Bengkalis dan Siak Laksamana Raja di Laut dan Raja Siak; mereka berjaya karena maritim bersebati dengan ekologis.

***

Dear All Staf 2021-2024

Saya hendak memberi penghargaan, penghormatan khusus kepada Staf Jikalahari periode 2018-2024 dan para senior dan guru yang memperkenalkan, mengajarkan dan memberi ruang kepada saya untuk melawan ketidakadilan sejak 2011, saat saya berproses di Jikalahari.

Dear All Staf 2021-2024.

Di tepi selat Malaka. Tepian Mahligai Zapin. Deburan ombak menyentuh pasir bening berwarna coklat. Deburan dan ombak menjadi saksi akhir perjalanan BP 2021-2024.

Perjalanan air laut tiba di tepi laut selat Malaka, seolah berkata; air laut setia tiba pada tepi pantai. Dia menyampaikan pesan murni, hidup harus terus berjalan meski kita harus berpisah di tengah kita bukan saja menjadi rekan kerja, jauh dari itu, kita adalah kawan yang setia pada cinta pada pekerjaan. Pekerjaan yang awalnya hanya soal kontrak kerja, beriring waktu berubah menjadi bukan sekedar pekerjaan.

Dear all staf,

Terima kasih dan permintaan maaf saya selama memimpin dalam suka dan duka mengena pada kalian;

Khusus untuk Staf dan tim yang hebat yang pernah bersama saya sejak 2011-2024.

Okto Yugo (Wakil Koordinator). Sosok yang kalem dan sabar menghadapi situasi. Punya sikap kritis dan bersikap. Konseptor terbaik.

Arpiyan Sargita (Manajer Kampanye dan Advokasi). Periang. Jago lobi. Punya keberanian. Degil.

Vivi Zainir (Manajer Finance). Super ketat dan cerewet mengelola keuangan Jikalahari. Siapapun akan dia cereweti bila laporan telat. Pekerja keras mengawal keuangan Jikalahari.

Elvira (Finance asistan dan korespondensi). Cerewet dan penagih laporan yang galak. Pekerja keras menyiapkan dan mengawal keuangan.

Nurul Fitria (Manajer Media dan Riset). Telaten. Kreatif. Penulis cepat dan keren.

Firda Dealovita (Manajer GIS). Telaten dan cepat menyiapkan peta dan GIS. Pekerja keras.

Veri Syardianta (Ass Kampanye dan advokasi). Periang. Santai. Pekerja keras. Punya kemauan keras. Punya sikap.

Muhammad Ali (unit bisnis). Pasion pada kopi. Pekerja keras. Mengawal bisnis kopi Jikalahari.

Ezrin Rios Syariandi (Penguasa Kantor). Tanpa Ezrin, kesehatan kami terganggu. Anak muda pekerja keras. Periang di segala situasi.

Rahmad Habsin (Creator). Pekerja keras. Sigap untuk video dan podcast. Muda dan berbahaya.

Kalian adalah staf yang hebat, keren dan punya empati. Di sekretariat Jikalahari kita bukan hanya sebatas kerja, lebih dari itu, kita adalah keluarga. Bahkan selama 13 tahun pertemuan paling sering dibanding keluarga.

Dari hati terdalam, maaf bila selama pertemuan kita, ada kata dan perbuatan yang melukai dan tak mengenakan. Ia sebuah emosi yang kadang naik turun karena tuntutan advokasi Jikalahari.

Kita “berpisah” karena tugas organisasi yang ada batas dan akhirnya. Namun, “berpisah” bukanlah kata akhir, karena kita adalah keluarga. Yups, keluarga yang tak mengenal kata akhir.

Akhir kata, di akhir tugas organisasi, aku merindukan kalian; tertawa, saling gosip, berdebat, marah, dan merasa dianak tirikan, saling mengerjai.

Sekali lagi, mohon maaf atas kata dan perbuatan yang buruk dan tak baik selama menjadi pimpinan kalian di Jikalahari. Iya, Jikalahari. Rumah kedua kita; jagalah. Rawatlah. Jadikan rumah kedua kalian.

***

KEJAYAAN MARITIM SIAK BENGKALIS

SAYA TERINGAT SAAT terpilih di RASA 9 Jikalahari di Villa The Cotoz, Rokan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar pada 2021. Lokasinya dekat dengan pinggir jalan dan hutan dan Danau PLTA Koto Panjang. Dia berada di dataran tinggi.

Dulunya daratan Kampar masuk ke dalam kekuasaan Kerajaan Siak.

Kerajaan Siak bermula perjuangan Raja Kecik hendak merebut tahta kerajaan Johor. Saat kecil diungsikan di Palembang hingga dibesarkan di kerajaan Pagaruyung, Sumatera Barat, Raja Kecik setelah mengumpulkan pasukan lantas mengajak Bandar Datuk Laksamana–kelak menjadi Laksamana Raja di Laut–menyerang kerajaan Johor.

Di era Raja Kecik, Raja Siak pertama, sejarah kerajaan Siak membentang dari lautan hingga daratan pedalaman.

Tiga tahun kemudian, 22-24 Agustus 2024, RASA 10 ditaja di tepi laut Di selat Malaka, di tepi pantai Mahligai Zapin, Desa Tanjung Rhu. Saya kembali menyaksikan wilayah kekuasaan Kerajaan Siak salah satunya di Pulau Rupat.

Di tepi pantai Mahligai Zapin, saat air surut di pagi dan sore hari, tumpukan pasir putih halus membentang di tepi pantai. Seluas mata memandang,  selat Malaka yang pernah menjadi saksi lalu lalang kapal dari Portugis, Belanda, Inggris hingga Batavia dan Jawa untuk berdagang dengan kerajaan Siak, masih terlihat garang dan perkasa.

Lama saya merenung dan berpikir; dulu ekonomi maritim yang bersebati dengan alam menjadi andalan ekonomi kerajaan Siak. Kini, ditinggalkan dan dipunggungi mengarah ke daratan. Kejayaan maritim tak lagi dipedulikan oleh pemerintah. Ia hanya dicatat dalam sejarah bahwa dulu Melayu hidup dan besar dengan kejayaan maritim.

Cerita kejayaan Maritim 224 tahun lampau menyematkan nama besar Raja Kecik dan Bandar Datuk Laksamana yang kelak bergelar Laksmana Raja di Laut yang menguasai perairan kerajaan Siak dan Bengkalis.

Keturunan Laksamana yang menjadikan Pulau Bengkalis dan Bukti Batu sebagai tempat perdagangan internasional tempat berlabuhnya kapal dari Portugis, Belanda, Inggris, Batavia dan Jawa. Juga, bakti kesetiaan keturunan Laksamana Raja di Laut kepada Raja Siak.

Cerita kejayaan perairan Kerajaan Siak di selat Malaka, adalah cerita yang perlu menjadi bagian dalam perjuangan Jikalahari di masa depan.

***

#RASA10Jikalaharirupatutara

About Nurul Fitria

Staf Advokasi dan Kampanye Jikalahari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *